Senin, 09 Mei 2011

aspek keuangan dalam perkreditan


ASPEK KEUANGAN
Aspek untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, serta stabilitas usaha, selain itu juga akan dapat diketahui berapa lama suatu investasi akan dapat dikembalikan.
Hal – hal yang perlu dinilai dalam penilaian aspek finansial suatu permohonan kredit :
a.    Neraca dan laporan laba / rugi
b.    Laporan sumber dan penggunaan modal kerja.
c.    Rencana penerimaan dan pengeluaran kas (cash budget)
d.    Proyeksi dan laporan keuangan
e.    Penilaian proyek investasi
f.     Perhitungan kebutuhan kredit
g.    Rencana angsuran kredit

A.   Penilaian Laporan Keuangan
Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seorang nasabah, yaitu dengan jalan memperoleh Neraca, Laporan Laba / Rugi dan keterangan – keterangan lainnya. Sebaiknya diusahakan agar diperoleh laporan keuangan yang sudah diaudit, karena auditor dapat memberikan pandangan yang bebas tentang keadaan keuangan nasabah sebagai hasil dari pemeriksaannya terhadap pembukuan nasabah.
Sebelum melangkah dalam penilaian neraca dan laporan laba / rugi, maka perlu diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku dan terjamin kebenarannya. Sedapat mungkin diperoleh laporan keuangan untuk bebrapa periode atau minimal laporan keuangan dua periode terakhir. Tergadap laporan keuangan ini antara lain dapat diterapkan teknik analisis sebagai berikut :
1.    Analisis per pos / komponen
Adakah suatu kegiatan meneliti atau menganlisa masing – masing pos yang ada dalam neraca maupun laporan laba / rugi. Misalnya analisis terhadap pos piutang dagang, (a) harus diperoleh daftar nama, alamat, jumlah piutang dan analisis menurut umur (age analysis); terutama untuk piutang – piutang yang jumlahnya besar, (b) Analisis mutu dari piutang tersebut untuk tahun terakhir dan tahun sebelumnya (berapa % piutang yang baik, cukup, lemah dan kecil – kecil), (c) Bagaimana kegiatan penagihan yang dilakukan perusahaan, (d) Sebutkan pula syarat penjualan daerah penjualan, (e) Tentukan kecukupan cadangan kerugian piutang dan lain sebagainya.

2.    Analisis pressentase per komponen
Dalam teknik ini laporan keuangan disajikan dalam prosentase -prosentase yaitu prosentase dari masing – masing pos neraca terhadap total aktiva, sedangkan untuk pos – pos laporan laba rugi prosentase dihitung terhadap jumlah penjualan bersih.
Dengan cara ini akan diketahui tentang :
a.  Tingkat investasi pada masing – masing pos (over investment atau sebaliknya under investment)
b.  Strutur permodalan
c.  Jumlah atau prosentase dari ssetiap rupiah penjualan yang terserap dalam tiap – tiap jenis biaya.







3.    Analisis perbandingan
Dalam anlisa ini kita mengadakan perbandingan pos – pos dalam neraca dan laporan rugi laba dari suatu periode dengan periode lainnya (periode yang berurutan). Dengan analisis ini akan dapat diketahui perubahan – perubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian terhadap suatu perubahan maka harus diperhatikan perubahan yang terjadi dalam pos – pos yang lain yang mempunyai hubungan yang logis / erat dengan pos yang bersangkutan.

4.    Analisis ratio
Ratio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu pos atau kelompok pos yang lain baik yang tercantum dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi.
Dengan mengadakan analisi ratio akan dapat diketahui posisi keuangan nasabah/calon peminjam kredit. Dibawah ini  akan diuraikan beberapa ratio yang penting dalam hubungannya dengan kepentingan analisis kredit.
  1. Ratio Likuiditas
Ratio untuk mengetahui kewajiban finansial pada saat ditagih. Ratio – ratio likuiditas antara lain :
1)    Current Ratio  : ratio antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
2)    Cash Ratio      : ratio antara (kas + bank) dengan hutang lancar.
3)    Quick ratio       : ratio antara (aktiva lancar – persediaan) dengan hutang          lancar.
4)    Inventory of working capital : ratio antara (persediaan dengan aktiva lancar –hutang lancar) atau ratio antara persediaan dengan modal kerja.


  1. Ratio Laverage
      Ratio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Dengan mengetahui laverage ratio akan dapat dinilai; posisi perusahaan terhadap seluruh kewajiban yang bersifst tetap, keseimbangan antara aktiva tetap dengan modal.
      Laverage ratio antara lain :
1)   Debt to equity ratio
Yaitu ratio antara total hutang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang.
2)    Current liabilites  to net worth
Yaitu ratio antara hutang lancar dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bahwa dana – dana pinjaman segera akan ditagih ada sekian kalinya modal sendiri.
3)   Tangible asset debt coverage
Yaitu ratio antara aktiva tetap dengan hutang jangka panjang.
Ratio ini menunjukkan besarnya setiap rupiah aktiva tetap berwujud yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang.
4)   Long term  debt to equity ratio
Yaitu ratio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bebrapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang.
5)   Debt service
Yaitu ratio antara (EBIT – Pajak + bunga) dengan (angsuran kredit + bunga). Ratio ini menunjukkan laba operasi ada sekian kallinya kewajiban membayar angsuran kredit beserta bunganya (semakin kecil ratio maka makin besar resikonya).


  1. Ratio aktivitas
Yaitu ratio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari – hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang, atau pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
Ratio aktivitas terdiri dari :
a.    Perputaran persediaan (inventory turn over)
Yaitu ratio antara penjualan dengan rata – rata persediaan yang dinilai berdasar harga jual atau kalau memungkinkan ratio ini dihitung dengan memperbandingkan antara harga pokok penjualan dengan rata – rata persediaan. Ratio ini menunujukkan berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu tahun / periode. Makin besar turn over berarti makin baik.
b.    Average collection period
Yaitu ratio antara piutang dengan penjualan neto per hari secara kredit. Ratio ini menunjukkan berapa lamanya dana peruashaan ditanamkan dalam komponen piutang atau berapa lama peride penagihan piutang. Dari artio ini akan dapat diketahui likuiditas piutang. Maka makin ratio makin baik.
c.    Perputaran aktiva tetap (fixed asset turn over)
Yaitu ratio antara penjualan neto dengan aktiva tetap. Ratio ini menunjukkan berapa kai dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
d.    Perputaran modal kerja (Working capital turn over)
Yaitu ratio antara penjualan neto dengan modal kerja. Ratio ini menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode, atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap rupiah modal kerja.

  1. Ratio rentabilitas
Yaitu ratio – ratio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Ratio – ratio yang dapat digunakan untuk menilai rentabilitas antara lain :
a.    Profit margin
Dalam hubungannya antara profit margin dengan penjualan.
b.    Return of invesment
Yaitu ratio antara laba operasionil dengan total aktiva (%). Ratio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (modal asing dan modal sendiri). Makin tinggi ratio semakin baik.
c.    Return of equity
Yaitu ratio antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan produktivotas dari dana – dana pemilik perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Ratio ini juga menunjukkan rentabilitas dan sfisiensi modal sendiri. Makin tinggi ratio ini maka akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat atau rentabilitas modal sendiri semakin kuat.
d.    Laba per lembar saham
Yaitu ratio antara laba dengan lembar saham yang beredar. Ratio ini akan memberikan gambaran kepada pemegang saham tentang keuntungan yang akan diperoleh (seandainya bank akan menanamkan dalam bentuk saham).
Dengan mengadakan anlisis ratio akan dapat diketahui posisi keuangan perusahaan, lebih–lebih ratio dari bebrapa tahun, maka akan dapat diketahui perkembangan atau kecenderungan posisi keuangan perusahaan. Tetapi perlu diingat bahwa hasil analisis tersebut bukanlah merupakan suatu alat yang dapat memberikan jawaban yang pasti untuk keputusan akhir pemberian kredit. Bidang– bidang lain juga dapat diteliti dengan seksama dan analisis ratio haruslah hanya dianggap sebagai langkah permulaan dari proses pengambilan keputusan untuk memberikan kredit.
Ada tiga hal yang menjadi tujuan dari dilakukannya analisis kredit ini di antaranya yaitu :
1.    Untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai / dipenuhi.
2.    Untuk mengetahui dari mana dan untuk apa dana tersebut.
3.    Untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam pemanfaatan dana yang dimiliki.

B.   ANALISIS BREAK EVEN (BEP = titik impas)
Analisis Break Even adalah teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume penjualan. Analisis break even disebut juga profit planning approach karena bisa untuk memperkirakan laba yang diinginkan dalam jangka pendek.
Asumsinya:
1.    semua biaya harus bisa dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel
2.    harga juagl per unit tidak berubah
3.    hanya ada satu jenis produk, jika lebih maka sales mixnya atetap konstan
4.    kebijakan manajemen tidak berubah



Untuk mencari Break Even Point dalam satuan dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
Atau



Contoh:
Diketahui laba rugi sebuah perusahaan sebagai berikut:
Penjualan (200.000 @ Rp 250,00)     = Rp 50.000.000,00 = 100%
Jumlah biaya variabel                           = Rp 26.000.000,00 = 52%
Marginal income                                                = Rp 24.000.000,00 = 48%
Total biaya tetap                                     = Rp 18.000.000,00 = 36%
Laba                                                         = Rp   6.000.000,00 = 12%

Dari data di atas maka dapat dicari BEPnya dengan cara:


Biaya variabel per satuan dapat dicari dengan cara:


Break even point dalam rupiah dapat dicari dengan cara sebagai berikut:


BEP dalam rupiah juga dapat dicari dengan menggunakan rumus:




Atau

Contoh:
Diketahui laba rugi sebuah perusahaan sebagai berikut:
Penjualan (200.000 @ Rp 250,00)     = Rp 50.000.000,00 = 100%
Jumlah biaya variabel                           = Rp 26.000.000,00 = 52%
Marginal income                                                = Rp 24.000.000,00 = 48%
Total biaya tetap                                     = Rp 18.000.000,00 = 36%
Laba                                                         = Rp   6.000.000,00 = 12%


Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break even dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:








Break even point dapat digambarkan sebagai berikut:

150.000

Volume Penjualan
Daerah rugi
Daerah laba
18.000.000
37.500.000
Garis biaya tetap
Break even point
Garis jumlah variable
Garis penjualan
Biaya tetap
Biaya Variabel
Text Box: Biaya dan penghasilan
 






                                                                                                




C.   Degree of Operating Leverage
Degree of operating leverage adalah persentase perubahan laba operasi perusahaan EBIT akibat perubahan satu persen penjualan. (ebit=pendapatan kotor).



Rumus:


D.   Hubungan antara BEP dan DOL
Semakin jauh penjualan dari titik BEP semakin tinggi nilai absolut laba operasi tetapi DOL semakin turun. Pada umumnya perusahaan tidak senang beroperasi pada DOL yang tinggi karena penurunan sedikit dalam penjualan dapat mengakibatkan kerugian atau penurunan laba yang besar.

No
Penjulanan (Q)
Laba operasi EBIT
DOL
1
0
-100000
0
2
1000
-75000
-0.33
3
2000
-50000
-1
4
3000
-25000
-3
5
4000 BEP
0
Tidak terbatas
6
5000
25000
5
7
6000
50000
3
8
7000
750000
2.33
9
8000
100000
2

Dol merupakan komponen risiko bisnis, walaupun dol yang tinggi bukan apa-apa jika perusahaan bisa menjaga penjualan dan struktur biaya agar tetap konstan. Dengan demikian dol dapat dipandang sebagai suatu ukuran 'resiko potensial' yang menjadi aktif jika penjualan dan biaya produksi berubah-ubah.




E.   FINANSIAL LEVERAGE
Leverage yang menguntungkan jika menghasilkan laba yang lebih besar daari biaya pembelanjaan tetapnya. (bunga obligasi, dividen saham proferan yang tetap)
1.    Analisis Indiferens
Keuntungan leverage finansial atau trading on the equity di nilai dalam kaitannyadengan pengruhnya terhadap laba per lembar saham (EPS)

Keterangan:
NS = jumlah saham biasa yang beredar
PD = dividen saham preferen

Contoh: suatu perusahaan mempunyai modal sendiri 100juta rupiah dan akan menambah modal 50 juta melalui alternatif saham biasa semua, obligasi dengan bunga 12%, atau saham preferen dengan dividen 11%. Sekarang EBIT 15 juta, dengan ekspansi tersebut diharapkan naik menjadi 27juta. Tingkat pajak 40%, saham biaya yang beredar 200000 lembar dapat dijual Rp 500 per lembar, sehingga jika memilih pembelajaan modal sendiri harus mengeluarkan saham biasa baru 100000 lembar
Alternatif saham biasa

Alternatif Obligasi

Alternatif Saham Preferen


O = (EBIT - I) (1 - t) - PD
   = (EBIT - 0) (0,6) - 5500000
   = 9166666

F.    BUDGET KAS
Gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan rencana – rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan – perubahan pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas (cash flow) perusahaan tersebut. Dari budget kas akan dapat diketahui :
  1. Kapan dan berapa besarnya deposisi kredit akan dilaksanakan, serta janka waktu kreditnya.
  2. Kapan dan berapa beasrnya angsuran kredit dapat dilakukan.
  3. Kemungkkinan adanya surplus / defisit karena rencana operasi perusahaan.


Penyusunan Budget Kas menurut Drs. Bambang Riyanto :
  1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional. Pada tahap ini akan diketahui adanya surplus dan defisit.
  2. Menyusun estimasi kebutuhan dana / kredit dan pembayaran kredit tersebut.
  3. Menyusun Kembali estimasi penerimaan dan pengeluaran setelah budget kas final
Apabila ada saldo defisit, maka perusahaan harus menambah dana. Saldo defisit menunjukkan bahwa saldo kas yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya maka perusahaan harus mencari dana yang bersumber dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan. 
Untuk menentukan sumber dana dari dalam atau luar perusahaan, perusahaan dapat menggunakan analisis indifferent point. Apabila EBIT  setelah investasi lebih besar daripada EBIT Indifferent Point, maka perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dari luar perusahaan. Sementara apabila EBIT yang diperoleh perusahaan lebih rendah daripada EBIT Indifferent Point, maka perusahaan lebih baik memenuhi kebutuhan dananya dari dalam perusahaan. Hal ini perlu diperhatikan perusahaan, karena apabila perusahaan salah dalam menentukan pemilihan, maka akan berakibat EPS perusahaan kecil (turun).
Turunnya EPS akan berpengaruh pada kemakmuran pemegang saham. Apabila EPS turun dimungkinkan pemilik saham akan melepaskan saham-sahamnya. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi operasi perusahaan secara menyeluruh. Investor tidak lagi percaya kepada perusahaan. Seandainya hal ini terjadi maka investor tidak akan melirik saham milik perusahaan, investor lebih baik menanamkan uangnya di perusahaan lain yang memberikan kesejahteraan lebih baik. Dalam hal ini, investor berperilaku rasional.
Mengingat besarnya konsekuensi dalam penentuan sumber dan jumlah hutang, maka perusahaan harus ekstra hati-hati dalam membuat keputusan. Keputusan yang dibuat harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang matang dan masuk akal. Untuk menentukan sumber hutang, perusahaan dapat menggunakan titik Indifferent (Analisis EBIT – EPS). Apabila EBIT yang diperoleh perusahaan setelah ada investasi di bawah EBIT indiferen, maka perusahaan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan (modal saham). Demikian juga sebaliknya, apabila EBIT yang diperoleh perusahaan di atas EBIT indiferen, maka perusahaan menggunakan sumber dana dari luar perusahaan (hutang). Hal ini penting karena dengan menentukan sumber dana yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan EPS bagi pemegang saham.
Penentuan jumlah hutang perusahaan dilakukan dengan cara mengurangkan jumlah rencana kas masuk dan kas keluar. Secara rinci budget kas dapat dilihat pada penjelasan berikut:
Beberapa metoda penilaian investasi dan perputaran modal kerja dijelaskan pada sub berikut ini.

G.   Penilaian Investasi
Berikut ini adalah metode untuk menilai perlu tidaknya investasi dilakukan, yaitu:
1.    ARR (Accounting Rate of Return)
  1. Accounting Rate of Return berdasarkan investasi



  1. Accounting Rate of Return berdasarkan rata-rata  Investasi

Keuntungan metode ini adalah mudah dimengerti, sederhana perhitungannya dan mengakui faktor profitabilitas. Sedangkan kekurangan metoda ini adalah metoda ini tidak mengakui nilai waktu uang serta menggunakan data akuntansi dan bukan data arus kas.
Tingkat pendapatan akuntansi (ARR) mengukur profitabilitas dilihat dari sudut pandang akuntansi konvensional dengan menghubungkan investasi yang diperlukan (kadang-kadang investasi rata-rata) ke laba bersih tahunan masa datang. Ketentuan Keputusan: Bila menggunakan metoda ARR, pilihlah proyek dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi
Contoh:
Pertimbangkan investasi berikut ini:
Investasi awal                             6.500
Perkiraan masa hidup              20 tahun
Penerimaan kas per tahun      1.000
Depresiasi pertahun (GL)                     325

Berdasarkan rumus di atas, maka ARR dapat diketahui:
                                                                                              





2.    PP (Payback Period)
Periode pengembalian mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah invesatasi semula. Masa itu dihitung dengan membagi investasi awal oleh kas masuk melalui peningkatan pemasukan atau penghematan biaya.


Proceeds tahunan = Laba atau Rugi + Biaya Depresiasi

Contoh:
Umpamakan biaya investasi = 18.000 dan penghematan kas tahunan setelah pajak adalah 3.000. Jadi periode pengembalian adalah:

Ketentuan keputusan: Pilihlah proyek dengan periode pengembalian terpendek. Dasar pemikiran di belakan pilihan ini adalah semakin pendek periode pengembalian, semakin berkurang risiko proyek dan semakin besar likuiditasnya.







Contoh:
Pertimbangkan dua proyek dengan kas masuk setelah pajak yang tidak sama. Asumsikan setiap proyek memerlukan biaya Rp. 1.000

Tahun
Kas masuk
Proyek A
Proyek B
1
Rp 100
Rp 500
2
Rp 200
Rp 400
3
Rp 300
Rp 300
4
Rp 400
Rp 100
5
Rp 500

6
Rp 600


Jika kas masuk tidak sama, maka periode pengembaliannya harus ditemukan dengan mencoba-coba. Periode pengembalian proyek A adalah
Rp 1.000 = Rp 100 + Rp 200 + Rp 300 + Rp 400 = 4 tahun
Periode pengembalian proyek B adalah
Rp 1.000 = Rp 500 + Rp 400 + Rp 100
Berdasarkan perhitungan di atas, maka proyek B yang dipilih karena tingkat pengembalian investasinya paling pendek.         
Keunggulan dari penggunaan metoda periode pengembalian untuk mengkaji proyek investasi adalah (1) perhitungannya sederhana dan mudah dimengerti, dan (2) metoda ini menangani risiko investasi secara efektif.


Kekurangan dari metoda ini adalah bahwa (1) metoda tidak mengukur nilai waktu uang, dan (2) metoda mengabaikan dampak dari penerimaan kas setelah periode pengembalian; yang esensial adalah bahwa arus kas sesuda periode pengembalian menentukan profitabilitas suatu investasi.

3.    NPV (Net Present Value), Satuan dalam Rupiah
Nilai tunai bersih (NPV) adalah kelebihan dari nilai tunai (PV) penerimaan kas yang dihasilakan oleh proyek, di atas jumlah investasi awal.
Keterangan: Io = Investasi Awal                                
                       i    =  tingkat bunga/biaya modal
                       PV= Proceeds 
      Keunggulan metoda NPV adalah metoda ini mengakui nilai waktu dari uang. Kemudian penghitungannya mudah baik bila penerimaan kas berbentuk anuitas atau berbeda dari masa ke masa.
      Ketentuan keputusan: Apabila NPV positif, maka proyek diterima. Sedangkan apabila NPV negatif, maka proyek ditolak.
Contoh:
Investasi awal                             12.950
Perkiraan masa hidup              10 tahun
Penerimaan kas tahunan                    3.000
Biaya modal                                12%
Berdasarkan contoh di atas, carilah NPV-nya!




4.    IRR (Interest Rate of Return), satuan dalam % suku bunga
Tingkat hasil pengembalian intern (IRR) juga dinamakan tingkat hasil yang disesuaikan untuk waktu, didefinisikan sebagai suku bunga yang menyamakan net present value sama dengan nol.
Ketentuan keputusan: proyek diterima jika IRR melebihi biaya modal. Bila tidak proyek harus diterima.
Contoh:
Berdasarkan contoh pada NPV, carilah IRR-nya!

5.    Profitability Index
Indeks profitabilitas adalah rasio dari PV total penerimaan kas masa datang terhadap investasi awal, atau PV/I. Indeks ini digunakan sebagai sarana untuk membuat peringkat proyek dalam urutan daya tarik yang semakin menurun.
Ketentuan keputusan: bila indeks profitabilitas lebih besar dari 1 maka proyek diterima.
Rumus:
PI =
Keterangan:  Ao = Investasi Awal
                      At = Proceeds
                      r    = bunga
jika PI > 1 diterima; PI < 1 ditolak.

H.   Metode Perputaran Modal Kerja
1.    Perputaran elemen Aktiva Lancar:
a.    Perputaran Kas                 = 
b.    Perputaran Piutang                     =
c.    Perputaran Persediaan   =
2.    Keterkaitan Dana
a.    Kas              =
b.    Piutang                   =
c.    Persediaan            =
d.    Periode Keterkaitan Dana = Kas + Piutang + Persediaan


e.    Perputaran Modal Kerja Secara Keseluruhan =

3.    Perputaran Modal Kerja
a.    Pada tingkat penjualan sekarang          =
b.    Untuk Tambahan Yang direncanakan =

Apabila perhitungan-perhitungan rasio di atas mengindikasikan baik, maka bank dapat memberikan kredit kepada perusahaan. Namun apabila perhitungan-perhitungan rasio buruk, maka sebaiknya bank tidak memberikan kredit kepada perusahaan. Apabila rasio perusahaan buruk maka risiko yang harus ditanggung oleh bank cukup besar yaitu perusahaan tidak dapat mengembalikan utangnya. Dengan demikian bank akan menderita kerugian.



Daftar Pustaka
Munawir, Analisis Laporan Keuangan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar